Al Qur'an mengisahkan bahwa bahtera Nabi Nuh terdampar di gunung Judi (daerah Armenia). Al Qur'an surat Hud ayat 44 berbunyi : ... Dan difirmankan : Hai Bumi telanlah airmu, dan hai langit
(hujan) berhentilah, dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan, dan bahtera itu pun berlabuh di
bukit Judi. Dan dikatakan " binasalah oran - orang zalim."
Sedangkan dalam kitab Bibel dikisahkan bahwa bahtera Nabi Nuh setelah terombang ambing ombak dan gelombang pasang, bahtera tersebut terdampar di gunung Ararat.
Setelah dilakukan penelitian, ternyata gunung Ararat pernah berkali - kali berganti nama. Gunung Ararat pernah bernama gunung Guardian dan gunung Armenia atau gunung Judi. Dan dari hasil penelitian tersebut, para ahli sejarah dan ahli agama sepakat, bahwa tempat dimana bahtera Nabi Nuh terdampar adalah gunung Ararat (Injil) atau gunung Judi (Al Qur'an). Karena walaupun memiliki nama berbeda, letaknya tetap sama.
(hujan) berhentilah, dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan, dan bahtera itu pun berlabuh di
bukit Judi. Dan dikatakan " binasalah oran - orang zalim."
Sedangkan dalam kitab Bibel dikisahkan bahwa bahtera Nabi Nuh setelah terombang ambing ombak dan gelombang pasang, bahtera tersebut terdampar di gunung Ararat.
Setelah dilakukan penelitian, ternyata gunung Ararat pernah berkali - kali berganti nama. Gunung Ararat pernah bernama gunung Guardian dan gunung Armenia atau gunung Judi. Dan dari hasil penelitian tersebut, para ahli sejarah dan ahli agama sepakat, bahwa tempat dimana bahtera Nabi Nuh terdampar adalah gunung Ararat (Injil) atau gunung Judi (Al Qur'an). Karena walaupun memiliki nama berbeda, letaknya tetap sama.
Sebenarnya sejak dahulu kala sudah banyak yang berusaha menemukan bahtera Nabi Nuh. Catatan sejarah mengatakan bahwa sejak sebelum Nabi Muhammad dilahirkan, sudah ada orang berusaha mencarinya. Dengan kitab Injil sebagai penunjuknya.
Diceritakan Epiphanius, seorang Bishop dari Salames, pernah mencari bahtera itu dan melihat bahtera itu terdampar di gunung Guardian yang tertutup salju tebal. Pada abad 17 juga diceritakan bahwa ada seorang pendeta berkebangsaan Yunani yang juga mencari keberadaan bahtera itu. Ia mengatakan bahwa pendahulunya, Umar bin Khattab, seorang petinggi dari Turki, telah mengambil bagian bahtera untuk dijadikan bahan bangunan masjid.
Pada abad 19, pencarian juga dilakukan oleh James Brice dari Inggris, seorang ahli arkeologi dari universitas Oxford. Dengan bantuan dana dari yayasannya, pada tahun 1876 ia mencari bahtera itu di perbatasan Turki, tepatnya di gunung Ararat. Dalam pencariannya, James Brice menemukan empat buah batu panjang berbentuk tongkat. Yang diduga batu itu adalah kayu tiang layar bahtera yang telah membatu atau memfosil.
Tahun 1892. Yoseph Nouri dari Prancis melakukan pencarian dengan rute yang berbeda dari rute James Brice. Ia mengatakan bahwa ia telah menemukan bahtera Nabi Nuh. Kebetulan pada waktu itu musim kemarau panjang, sehingga tidak ada salju yang menyelimuti gunung, dan kebetulan ia menemukan bahtera yang dicarinya. Bahkan dikatakan juga ia berjalan - jalan di tempat yang diduga adalah dek kapal berukuran 300 kubik, persis seperti yang dikisahkan dalam kitab Bibel.
Namun sayang pada masa itu belum ditemukannya fotografi. Sehingga tidak ada bukti visual yang meyakinkan semua orang akan pernyataan mereka. Dan masih menimbulakn tanda tanya bagi yang mendengarkan kisah - kisah tersebut. Apakah mereka benar - benar manemukan bahtera tersebut, atau hanyalah sebuah bualan saja.
Tahun 1959. Seorang pilot Turkey Airforce bernama Ilham Durupinan, anggota pasukan NATO, melakukan pemotretan udara di gunung Ararat. Dan hasil pemotretan tersebut adalah ditemukannya "benda asing" di dekat puncak gunung Ararat.
Karena penasaran, petinggi NATO memerintahakan Dr. Arthur Brande, ahli fotografi dari Ohio University untuk memeriksa hasil pemotretan itu. setelah diteliti dengan seksama, ia menyatakan bahwa "benda asing tersebut adalah sebuah perahu. Dan diduga formasi perahu itu adalah bahtera Nabi Nuh yang telah lama dicari - cari.
Sempat juga berita ini diterbitkan oleh Majalah Life, Australian Fix Magazine dan
American Life Magazine pada tanggal 5 September 1960.
Tahun 1990. Ron Wyat dan Dr. David Fasold melakukan penelitian dengan menggunakan peralatan canggih. Seperti metal detector dan geo radar. Hasil penelitian terhadap formasi perahu itu adalah ditemukannya empat batu berlubang masing - masin mamiliki berat 10 ton yang diduga senagai pemberat perahu agar tidak oleng karena angin.
Sempat juga berita ini diterbitkan oleh Majalah Life, Australian Fix Magazine dan
American Life Magazine pada tanggal 5 September 1960.
Tahun 1990. Ron Wyat dan Dr. David Fasold melakukan penelitian dengan menggunakan peralatan canggih. Seperti metal detector dan geo radar. Hasil penelitian terhadap formasi perahu itu adalah ditemukannya empat batu berlubang masing - masin mamiliki berat 10 ton yang diduga senagai pemberat perahu agar tidak oleng karena angin.
Hasil penelitian dengan metal detector adalah batuan formasi perahu itu adalah batuan yang kayu yang sudah menjadi fosil. Sedangkan hasil penelitian dengan geo radar adalah di bawah formasi tersebut ditemukan ruangan yang diduga adalah kamar - kamar. Namun formasi tersebut hanya bisa ditemukan sepertiga nya saja. Diduga pada waktu itu, bahtera itu terdampar di lumpur, dan sebagian dari bahtera itu terbenam. Dan sekarang, karena ribuan tahun terbenam, semuanya berubah menjadi karang.
Gene Collins bersama tim nya yang terdiri dari 12 orang ahli juga datang melakukan penelitian pada tahun 2000. Dr. Robert Balard juga tergabung dalam tim tersenut. Dia adalah orang yang telah sukses menemukan bangkai kapal Titanic, Istana Cleopatra, dan konon menemukan benua Atlantis yang hilang.
Collins mengatakan bahwa fosil tersebut adalah bahtera Nabi Nuh. Karena tidak mungkin ada "benda asing" yang diduga perahu berada di ketinggian 15.500 kaki tanpa ada sebab.
Gene Collins bersama tim nya yang terdiri dari 12 orang ahli juga datang melakukan penelitian pada tahun 2000. Dr. Robert Balard juga tergabung dalam tim tersenut. Dia adalah orang yang telah sukses menemukan bangkai kapal Titanic, Istana Cleopatra, dan konon menemukan benua Atlantis yang hilang.
Collins mengatakan bahwa fosil tersebut adalah bahtera Nabi Nuh. Karena tidak mungkin ada "benda asing" yang diduga perahu berada di ketinggian 15.500 kaki tanpa ada sebab.
Dari hasil uji karbon, hasilnya ternyata lokasi itu mnagndung 4,95 % karbon. Dan pada beberapa lokasi terdapat kandingan besi yang cukup banyak dari segi tingginya kandunagn karbon. Hal ini berarti, kandunga karbon itu berasal sari kayu yang sudah membatu. Padahal kandungan karbon di lokasi lain hanya 1,88 % saja diperoleh dari kandungan tanah biasa.
Harold Cofins, ahli geologi sekaligus juru bicara tim tersebut mengatakan, bahwa perahu itu terbuat dari kayu "Sigilata" yang telah diawetkan dengan sejenis ter. Kayu jenis ini adalah spesies kayu raksasa yang sudah punah.
Terntang kebenaran banjirnya sendiri, Dr. Balard mengatakan bahwa dari bukti - bukti yang ada di ketinggian itu, banjir besar pernah melanda bumi 10.000 tahun yang lalu. Dan air sempat mencapai ketinggian 15.000 kaki.
Harold Cofins, ahli geologi sekaligus juru bicara tim tersebut mengatakan, bahwa perahu itu terbuat dari kayu "Sigilata" yang telah diawetkan dengan sejenis ter. Kayu jenis ini adalah spesies kayu raksasa yang sudah punah.
Terntang kebenaran banjirnya sendiri, Dr. Balard mengatakan bahwa dari bukti - bukti yang ada di ketinggian itu, banjir besar pernah melanda bumi 10.000 tahun yang lalu. Dan air sempat mencapai ketinggian 15.000 kaki.
0 komentar:
Posting Komentar